A. PENDUDUK
® Jumlah
: 25.380.000 (1989)
® Kepadatan
Penduduk : 57 jiwa per
,
® Suku
: Arab Berber 99 %.
® Bahasa
: Arab , Berber, Perancis, dan sedikit Spanyol.
Maroko
sendiri salah satu dari 22 Negara Arab yang tergabung dalam Organisasi Liga
Arab yang bermarkas di Cairo, Mesir. Negara ini terletak persis di ujung utara
benua Afrika dan berbatasan di sebelah utara dengan laut tengah, sebelah timur
dengan aljazair, sebelah selatan dengan Mauritania dan sebelah barat dengan
Samudera Atlantik. Letak Maroko yang sangat strategis di perairan Samudera
Atlantik dan Laut Tengah menyebabkan Negara ini menjadi incaran kaum imperialis
barat.
Maroko
mempunyai empat ibu kota: Rabat, ibu kota adminitrasi, Casablanca, ibu kota
perdagangan dan perindustrian, Marrakech, ibu kota wisata dan Fes, ibu kota
budaya dan ilmu pengetahuan.
Mayoritas
rakyat Maroko (99%) memeluk agama Islam, selebihnya memeluk agama Yahudi dan
Nasrani. Jumlah rakyat Maroko sekitar 30 juta jiwa. Bahasa resmi Negara adalah
bahasa Arab, sedangkan bahasa keduanya adalah bahasa Perancis, Spanyol dan
Barbar. Walaupun bahasa Perancis merupakan bahasa kedua, namun penggunaannya,
baik di bidang administrasi Negara maupun sebagai bahasa pengantar pendidikan,
kadangkala melebihi bahasa resmi, yaitu bahasa Arab.
Sistem
Pemerintahan Maroko menganut sistem monarki konstitusional. Tahta kerajaan
merupakan warisan turun temurun yang dipegang oleh Dinasti Alwiyah. Raja
sebagai Kepala Negara diba’iat sebagaimana layaknya system khilafah dan diberi
gelar Amirul Mukminin yang mengisyaratkan sebagai pemimpin umat Islam di
Maroko. Roda pemerintahan dijalankan oleh Kabinet yang dipimpin oleh Perdana
Menteri yang diangkat oleh raja. Maroko mempunyai parlemen yang terdiri dari
majelis rendah yang dipilih melalui pemilihan secara langsung dan majelis
tinggi yang dipilih secara tidak langsung.
B. KEADAAN
ALAM
® Luas
: 446.550 km2.
® Letak
: di barat laut Afrika.
® Batas
Negara : Sahara Barat di sebelah Selatan, Aljazair di Timur.
® Topografi
: Wilayahnya terdiri dari 5 bagian, yaitu pegunungan, lahan subur di barat,
tanah lumpur di barat daya, lahan pertanian di tengah, dan Gurun dekat Sahara.
Walaupun
letak Maroko di benua Afrika, alamnya tak jauh berbeda dengan wilayah asia yang
subur, hijau dan terdapat perngairan di mana-mana. Sehingga tak jarang
pelancong dari manca negara tercengang melihat kesuburan tanah Maroko yang
dipenuhi dengan pepohonan dan penghijauan di segenap wilayah. Pemerintah Maroko
juga memberikan perhatian yang cukup besar terhadap usaha penghijauan wilayah.
Bahkan boleh dikatakan, di antara Negara-negara Arab dan Afrika, Maroko
termasuk Negara pertanian terkemuka dan unggul.
Kota-kota
penting di Maroko umumnya berada di wilayah pesisir, seperti Tanger, Tetouan
(baca: tetwan), Nador, Oujda (baca: wujda), Casablanca, Rabat, Safi, es-Soiurah
dan Agadir. Sebagian berada di sekitar Pegunungan Atlas, seperti Fes,
Marrakech, Meknes dan Ifran. Letak geografis masing-masing kota tersebut sangat
mempengaruhi keadaan suhu dan cuaca setempat. Misalnya pada puncak musim
dingin, daerah pesisir umumnya berada pada suhu maksimal 5 o C sedangkan daerah
pegunungan dan pedalaman melewati angka 0 o c hingga -10 o c yang ditandai
turunnya salju di beberapa kota seperti ifran. Demikian juga sebaliknya pada
puncak musim panas, suhu daerah pesisir berkisar antara 25 o c – 29 o c,
sedangkan daerah pedalaman dan pegunungan, kadangkala melebihi angka 50 o c.
namun di balik itu, daerah pedalam dan pegunungan umumnya memiliki udara yang
bersih dan sehat dibandingkan dengan daerah pesisir. Maroko mengenai empat
musim yaitu musim dingin, musim semi, musim panas dan musim gugur.Menurut
sejarah, sebelum bangsa Arab masuk dan membawa Islam di bawah pimpinan Uqbah
bin Nafi’ pada pertengahan abad pertama hijriyah, Suku Barbar sudah berada di
Maroko yang kemudian terbagi menjadi tiga suku, yaitu: Amazigh, Syilha dan
Rifi. Ketiga suku ini memiliki bahasa dan dialek tersendiri dan diakui oleh
pemerintah Maroko.
Dilihat
dari urutan sejarah di atas, dapat diambil kesimpulan, bahwa rakyat Maroko
merupakan perpaduan berbagai suku yang intinya ada dua, yaitu Suku Barbar dan
Suku Arab. Suku Barbar kebanyakan mendiami wilayah bagian selatan (Marrakech,
Agadir, Ouarzazat dan sekitarnya), dan sebagian lagi di utara (Tetouan, Nador
dan sekitarnya).
C. PEREKONOMIAN
® Industri
: Karpet, pakaian jadi, barang – barang dari kulit, dan Pariwisata.
® Hasil
Bumi : beras, buah – buahan, dan Anggur.
® Hasil
Tambang : antimony, kobalt, mangan, fosfat, minyak dan batu bara.
® Daerah
Subur : 18 %
Perekonomian
Maroko, sebagaimana terlihat jelas dengan tingginya tingkat ekspor hasil
pertanian Maroko ke berbagai Negara eropa dan timur tengah. Di samping itu,
peran sektor perikanan juga tidak dapat disisihkan dalam menambah devisa
Negara, mengingat sebagian besar wilayah Maroko berada di pantai Samudera
Atlantik dan laut tengah.
Dalam
sektor wisata pun Maroko boleh dikatakan unggul. Ini terbukti dengan banyaknya
obyek wisata yang menarik minat pelancong dari Eropa, Asia maupun benua lainya.
Di antara objek wisata tersebut adalah pantai indah yang berada di pinggiran
kota-kota pesisir seperti: pantai pelaya di Tanger, pantai Ashila, pantai
Mehdia di Kenitra, pantai Agadir yang dikenal dengan penjara di tengah lautnya,
dan banyak menyimpan kesan di benak para pelancong dengan fasilitas kafe dan
restoran di pinggir pantai serta fasilitas lainnya. Di samping itu ada juga
obyek wisata air terjun yang ada di Sopro, Fes dan Khribga. Serta sumber air
panas ainullah, fes. Obyek wisata lain yang terdapat di kota Fes ataupun di
Jami’ Alfena di Marrakech.
Demikian
pula tempat-tempat yang bernilai sejarah seperti Goa Hercules di Tanger,
Penjara Portugis di Safi, Jami Quaraouyine (baca: qarawiyyin) di Fes. Volubilis
versi nama Itali dan Walili versi nama Maroko, terletak di sebelah utara kota
Meknes, sebagai kota bersejarah peninggalan Pemerintahan Romawi Kuno di Maroko,
Volubilis tetap terjaga keaslian dan kekunoannya. Dan benteng-benteng kokoh
bercat merah kekuningan yang dapat disaksikan di setiap kota di Maroko. Begitu
juga perkampungan unik yang menyimpang nyanyian gurun sahara di Ouarzazat,
sebelah selatan kota Marrakech.
Dari
sejumlah obyek wisata yang terdapat di Maroko, tidak dapat dilupakan sebuah
warisan yang paling dibanggakan yang dibangun di zaman raja Hasan II, yaitu
mesjid hasan II yang terletak di kota casablanca. Mesjid ini memiliki bangun
megah, bahkan termegah ketiga di dunia setelah haramain (masjidil haram dan
masjid nabawai), dan dapat menampung lebih kurang 100.000 jamaah serta selalu
dipakai untuk acara keagamaan kerajaan, seperti peringatan Maulid Nabi.
Dalam
sektor industri, Maroko juga dikenal sebagai negara penghasil fosfat terbesar
di dunia. Pabrik fosfat yang berada di kota Shafi merupakan penopangan
terpenting ekonomi negara setelah pertanian. Juga tidak dapat dilupakan,
keberadaan pelabuhan-pelabuhan laut internasional yang berada di beberapa kota
pesisir seperti Safi, Tanger, Mohammedia dan Casablanca yang telah banyak
menyumbangkan devisa bagi Maroko. Bahkan boleh dikatakan, pelabuhan kapal
casablanca merupakan yang terbesar di wilayah Afrika Utara. Menurut statistik
ekonomi Maroko tahun 1999, Maroko telah memililki income perkapita sebesar US$
1300. dan di bawah pemerintahan raja mohammad VI yang naik tahta yang cukup
berarti. Hal ini terbukt dari berbagai proyek dan perencanaan pembangunan yang
dicanangkan pemerintahan dengan berbagai negara yang tergabung dalam Uni Eropa.
2.
SEJARAH
Kata
“Maroko” berasal dari “Marrakech” yaitu nama salah satu kota di selatan Maroko.
Dalam bahasa Arab, Maroko disebut dengan al-maghrib yang artinya “wilayah
bagian barat atau tempat terbenam matahari, sedangkan al-maghrib al ‘arabi
adalah kaukus Negara-negara afrika bagian utara yang terdiri dari aljazair,
Tunisia, libya, Mauritania dan Maroko. Kelima Negara tersebut telah membentuk
persatuan magrib arabi (Union du magebeinne arabe {UMA}).
Terdapat
bukti arkeolog yang kuat bahwa Maroko pernah dihuni oleh manusia gua dari zaman
batu. Mereka meninggalkan banyak jejak atas kehadiran mereka. Sekitar tahun
2.000 tahun sebelum masehi, bangsa Berber tiba di daerah itu dan bermukim
disana. Bangsa Funisia tampil di daerah itu sekitar abad ke-11 sebelum masehi,
yaitu ketika mereka mendirikan beberapa pos perdagangan di pantai laut tengah.
Kemudian bangsa Kartaginia mendirikan pusat perdagangan di wilayah pantai
Maroko di laut tengah dan Atlantik. Setelah terjadi serangkaian peperangan yang
bersejarah, bangsa Kartaginia akhirnya digilas oleh bangsa Romawi. Dari abad
ke-1 sebelum masehi – abad ke-5 masehi lahan itu menjadi sebuah propinsi
Romawi. Pengaruh Romawi bahkan berlangsung lebih lama dari pada bangsa Vandal
Germanik, yang bergerak melalui daerah ini sebelum menaklukan Italia Selatan
sampai hari ini reruntuhan Romawi masih dapat dilihat di bagian utara Maroko.
Selama abad ke-2 dan ke-3 Masehi, Volubilis, yang terletak di kaki bukit
Zerhoun. Pada pertengahan abad ke-7 kaum muslimin Arab menyerang dari timur.
Sebagian kecil dari angkatan perang arab ini bermukim di Maroko. Namun, penyerang
Arab berikutnya pun terjadi dan diawal abad ke-8 orang Arab itu menduduki
wilayah itu. Bangsa Berber tetap mepertahankan jati diri mereka selama
penyerbuan itu meskipun akhirnya mereka menerima agama Islam. Namun, mereka
menerima agama itu setelah mengadakan perubahan yang sesuai dengan cara hidup
tradisional mereka. Orang Berber kemudian bergabung dengan angkatan perang Arab
alam menaklukkan sebagian Spanyol, yang pertama kali mereka serang pada tahun
711. Menjelang akhir abad ke-8, Idris I, seorang keturunan Nabi Muhammad,
mendirikan dinasti Islam yang pertama di Maroko. Anaknya, Idris II, mendirikan
kota Fez, yang menjadi terkenal sebagai pusat agama dan kebudayaan Islam.
Kekaisaran Maroko Raya pertama
didirikan oleh suku Almoravid di abad ke-11. Sebagai penunggang kuda yang andal
dan manggala perang yang tangguh, suku Almoravid menyerang Maroko dari seberang
gurun. Mereka mendirikan ibu kota kerajaan di Marrakesh. Pengaruh Almoravid
mencapai mencapai timur sampai ke Tunisia dan ke utara sampai ke Spanyol
sehingga mengikat lebih erat sejarah Spanyol dan Maroko. Namun, dalam abad-abad
berikut maroko secara bertahap kehilangan daerahnya yang jauh. Spanyol dan
Portugal menyerang negeri itu. Mendirikan permukiman berbenteng. Dan menduduki
beberapa pelabuhan Maroko. Pada abad ke-16, bangsa Maroko mampu menggalang
kekuatan yang memadai untuk mengusir para penyerang sejak akhir abad ke-17
sampai awal abad ke-19 Maroko bertahan sebagai negara yang sama sekali bebas
dari pengaruh asing.
Setelah
Prancis berhasil menduduki kota Aljier pada tahun 1830, perhatian dari kekuatan
imperialis Eropa terjaga. Prancis, Spanyol, Inggris, dan kemudian Jerman
mempunyai ambisi untuk daerah dan pengaruh ekonomi. Dengan letaknya yang hanya
14 km dari Gibraltar dan menguasai pintu masuk barat ke laut tengah. Maroko
memiliki nilai strategis yang menguntungkan sehingga akhirnya negeri itu justru
jatuh kebawah kekuasaan berbagai kekuatan imperialis tersebut.
3.
PERMASALAHAN
DI MAROKO
a. Latar
Belakang Krisis Maroko I
Krisis Maroko Pertama (juga dikenal sebagai Krisis Tangier) adalah krisis internasional atas status internasional Maroko antara Maret 1905 dan Mei 1906. Maroko terletak di
Afrika bagian utara sebelah barat, letaknya sangat strategis di selat Gibraltar
dan berhadapan langsung dengan Spanyol bagian selatan. Selat ini satu-satunya
pintu masuk-keluar dari dan ke Laut Tengah. Dari abad ke 17 sampai awal abad 19
Maroko mampu bertahan sebagai negara
berdaulat.
Letak
Maroko yang sangat strategis ini pada akhirnya justru telah menjadi incaran
bagi Negara-negara Eropa yang tengah gencar-gencarnya meluaskan kekuasaan khususnya
di wilayah Afrika, apalagi Maroko begitu dekat dengan Eropa. Spanyol sebagai
negara Eropa yang terdekat wilayahnya dengan Maroko mencoba mengirimkan
pasukannya ke Maroko tetapi dapat di halau oleh Inggris. Pada prinsipnya
Inggris tidak menginginkan adanya kekuasaan permanen siapapun di Maroko, karena
bagaimanapun penguasaan Maroko oleh satu kekuatan Barat tertentu akan dapat
memicu bagi terjadinya krisis Internasional.
Sebaliknya
Perancis justru sangat berkeinginan untuk menguasai Maroko, meskipun Jerman
sejak 1873 sudah menempatkan perwakilannya di Maroko. Itulah sebabnya ketika
Perancis mendirikan pangkalan militer di Fez maka Negara-negara Eropa
ramai-ramai melakukan protes. Maka untuk menghindarkan konflik yang lebih
besar, diadakanlah suatu konvensi yang membahas masalah Maroko pada tahun 1880,
yang dihadiri oleh 15 negara Eropa dan Amerika Serikat di Madrid. Hasilnya
“Status quo Sultan Maroko harus dipertahankan dan Maroko tetap menjalankan
politik pintu terbuka”. Sejak itu maka banyak Negara yang berlomba menanamkan
modal di Maroko.
Mundurnya
Perancis dari Fashoda (dalam kriris Fashoda) bagaimanapun merupakan tamparan
dahsyat bagi Perancis, dan jelas negara ini pun tidak bisa melupakannya begitu
saja, demikian pula kekalahan yang dirasakan setelah mundur dari Suez pada saat
terjadinya perang melawan rakyat Mesir. Kekalahan demi kekalahan yang diderita
Perancis, tentu membutuhkan suatu tirai untuk menyembuhkannya. Maka hal yang
paling tepat yang dapat dilakukan Perancis, adalah menduduki Maroko. Kalau
Inggris telah menduduki pintu keluar menuju India yaitu Suez, maka Perancis
seharusnya dapat menguasai pintu masuk yaitu Maroko. Disaat Inggris sibuk
menghadapi perjuangan bangsa Boer di Afrika Selatan, maka Perancis secara
diam-diam melakukan perjanjian dengan Italia yang isinya “Italia tidak
keberatan apabila Perancis di Maroko, sebaliknya Perancis juga tidak akan
menghalangi keinginan Italia di Tripoli dan Cyrenaica”. Perjanjian ini di
ratifikasi pada tahun 1902 dengan memasukkan “apabila salah satu Negara
diserang musuh maka yang lain akan bersikap
netral”.
b. Krisis
Maroko 1
Maroko
terletak di Afrika Utara sudut barat, disebelah selatan Jabaltarik. Tanahnya
subur, kaya akan baja dan besi, iklimnya menyenangkan, letaknya strategis dan
memiliki bandar-bandar yang baik.Daerah luas itu diperintah oleh seorang Sultan
dengan sebutan Sherif. Banyak kaum kapitalis Barat menanamkan modalnya dinegeri
tersebut. Untuk dapat memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, maka
negeri-negeri Barat bersaingan dalam menanamkan kekuasaannya. Spanyol karene
alasan historis, pada 1859-1860 mengirimkan angkatan perangnya, tetapi
dikembalikan oleh Inggris. Prancis ingin mendapatkan Maroko untuk memperluas
imperiumnya, Inggris karena alasan-alasan strategi dan menghendaki agar di Tanger
tidak didirikan benteng-benteng, sedang Jerman sejak 1873 telah memiliki
perwakilan di Istana Sultan.
Berhubung
semua negara tersebut mempunyai kepentingan di Maroko, maka semua negara tidak
menghendaki apabila salah satu diantaranya dapat menguasai negeri tersebut.
Oleh sebab itu kedaulatan Sultan tetap terjamin. Tetapi pada 1878, ketika
Prancis mendirikan pangkalan militer di Fez, sehingga membuat negara-negara
barat lainnya khawatir Prancis dapat menguasai Maroko. Mereka menuntut
diadakannya suatu konvensi untuk menentukan nasib Maroko. Pada 1880 empat belas
negara-negara Eropa beserta Amerika Serikat berkumpul di Madrid dan konvensi
ini memutuskan bahwa status quo Sultan Maroko harus dipertahankan dan negeri
itu harus menjalankan politik pintu terbuka. Sejak itu makin banyaklah modal
Barat yang masuk ke Maroko.
Persaingan
diantara mereka makin hebat, sehingga Maroko merupakan tempat yang sangat
berbahaya dalam gelanggang politik internasional. Persaingan Prancis dan Jerman
dinegeri ini akan dapat mengancam perdamaian dunia, khususnya bagi Eropa.
Sesudah mengalami kekalahan dalam menghadapi masalah Fashoda, Menteri Luar
Negeri Prancis Delcase ( 1898-1905) berusaha menaikan prestise negerinya dengan
menumpahkan perhatiannya ke Maroko. Prancis menggunakan kesempatan yang baik
itu, sewaktu Inggris sedang sibuk dengan urusan Afrika Selatan sedang Italia
dan Prancis telah ada pendekatan-pendekatan.
Maka
selain memperkuat tentaranya, Prancis juga mengadakan perjanjian-perjanjian.
Pada 1900 tercapailah perjanjian Prancis dengan Italia yang berisi antara lain
Italia tidak mempunyai kepentingan di Maroko. Sebaliknya tidak punya
kepentingan di Tripoli dan Cyrenaica. pendekatan Italia pada prancis ini
disebabkan karena kegagalan usaha Italia untuk menguasai Afrika Timur Laut.Pada
1902 tercapailah lagi perjanjian antara Prancis dengan Italia. Isinya antara
lain :
1. Prancis
bebas bertindak di Maroko, sebaliknya Italia bebas bertindak di Tripoli
2. Jika
salah satu dari dua negara tersebut diserang musuh, yang lain akan tatap
bersikap netral.
Tindakan
Italia ini disebut “extra tour” dan mengakibatkan selesainya riwayat Triple
Alliance. Pada tahun itu juga Prinetti, Menteri Luar Negeri Italia menolak
pembaharuan Triple Alliance. Prancis juga mengadakan perjanjian dengan Spanyol,
yang berarti memperkuat kedudukan Prancis di kontinen dan akan membahayakan
Jerman. Isi perjanjian tersebut membagi Maroko menjadi daerah-daerah pengaruh
antara kedua penguasa itu. Spanyol mendapat pantai utara, termasuk Tanger dan
Fez dan sebagian lagi disebelah selatan. Prancis mendapat sisanya. Tetapi
ketika di Spanyol ada pargantian kobinet baru itu tidak berani melanjutkan
hubungan baik dengan Prancis karena takut kepada Inggris, maka perjanjia
Prancis-Spanyol itu tidak ada artinya.
Pada
1902 Inggris meninggalkan politik spendid isolation. Perjanjian persekutuan
Inggris-Jepang ditandatangani. Persekutuan ini oleh Inggris ditujukan untuk
bersama-sama menghadapi kekuasaan Rusia di Asia Timur. Tetapi Inggris juga
insyaf bahwa sangat berat jika ia harus mnghadapi lawan-lawannya yang sesama
negara Barat, yaitu Jerman, Prancis dan Rusia. Oleh sebab itu ia harus memilih
pihak. Dengan Jerman tidak mungkin diadakan persekutuan, kerena keduanya
bersaingan dalam masalah Afrika Selatan, perebutan kekuasaan dilautan dan
proyek jalan kereta api Bagdad.
Pada
1903 Raja Edward VII, pengganti Ratu
Victoria, bersikap lain condong pada Prancis dari pada Jerman. Prancis
mula-mula ragu-ragu, sebab persekutuan dengan Inggris akan berakibat melemahkan
persekutuan Prancis-Rusia dan akan mengakibatkan munculnya kembali
Dreikaiserbund. Tetapi akhirnya Prancis menerima usul Inggris untuk
menghentikan pertentangan antara Inggris dan Prancis dikoloni-koloni.
Pertikaian, pertentangan di Newfoundland, di Afrika Barat dan Afrika Tengah
dapat diatasi. Pertentangan Inggris, penguasaan Prancis terhadap Maroko dalah
sangat berbahaya, karena letaknya berhadapan dengan Jabaltarik. Disamping itu
juga karena itu mnyukarkan Inggris dalam mengawasi Laut Tengah. Dengan demikian
Inggris menhendaki supaya jangan ada negara lain yang menguasai daerah yang letaknya
dihadapan Jabaltarik.
Pada
1903 Delcase mengunjungi London. Masalah Mesir dibicarakan dan berhasil dapat
mengatasi segala kesulitan pada tahun berikutnya terjadi perang antara Rusia
dan Jepang. Dalam hal ini Prancis bersikap netral, tidak membantu Rusia. Dua
bulan kemudian tercapailah suatu perjanjian antara inggris dan prancis yang
terkenal dengan nama Morocco Egyptian Agreement atau Entente Cordiale (1904),
isinya: “Prancis melepaskan kepentingannya di Mesir sebaliknya Inggris tidak
berkeberatan jika prancis menanamkan kekuasaannya di Maroko, selain daerah
pantai utara yang akan diserahkan kepada spanyol, negeri yang tidak kuat. Tidak
boleh ada benteng didirikan di depan Jabaltarik. Semua pertentangan antara
Inggrius dan Prancis baik mengenai urusan ekonomi maupun koloni diakhiri. Kedua
negeri tersebut akan saling bantu membantu.”
Pada
1904 itu juga Prancis mengadakan perjanjian dengan Spanyol. Tentang Fez tidak
dibicarakan seperti pada perjanjian sebelumnya. Pembagian daerah pengaruh
diadakan. Spanyol menerima daerah di sepanjang pantai dan sisanya untuk
Prancis. Spanyol harus berjanji bahwa haknya di daerah Maroko tidak akan
diserahkan kepada negara ketiga”. Kota Tanger berada dibawah pengawasan
internasional, untuk menjaga jangan sampai di kota tersebut didirikan
benteng-benteng.
Sesudah
mengadakan perjanjian-perjanjian tersebut, Delcase mengumumkan bahwa telah tiba
saatnya bagi Prancis untuk menjaga kepentingannya di Maroko. Prancis mulai
melakukan “peacafulpenetration” dengan cara mendapatkan konsesi-konsesi dari
Sultan Abdul Azis untuk kaum kapitalis Prancis. Tindakan semacam ini disebut
pula “Tunification” terhadap Maroko. Sultan Abdul Azis yang naik tahta pada
1900 pada usia 16 tahun, menghambur-hamburkan uang sehingga uang khas negeri
menjadi kosong. Untuk mengisi kas tersebut, ia memasukkan sistem pemungutan
pajak yang berat dan mencari pinjaman pada bank-bank Prancis. Ketika ia tidak
dapat membayar kembali, ia terpaksa harus menerima “bantuan” orang-orang Eropa
untuk menjalankan sistem pengumpulan pajak secara modern dan juga aparatur
polisi sevara modern.
Delcase
mengirimkan M.Saint Rene Tailliandier ke Fez dengan membawa program
“pembaharuan” yang pelaksanaanya harus berada dibawah pengawasan Prancis.
Polisi militer dibentuk dibawah opsir-opsir Prancis. Bank negara didirikan
untuk memperbaiki keadaan keuangan dan berbagai bangunan didirika dengan
menggunakan modal Prancis. Satu-satunya negara Eropa yang menentang tindakan
Prancis ini adalah Jerman. Italia, Spanyol dan Inggris telah terikat oleh
perjanjian-perjanjian, sedang Rusia adalah sekutunya. Jerman menolak penentuan
nasib Maroko melalui perjanjian-perjanjian tersebut diatas, dan menuntut agar
isi konvensi Madrid (1880) tetap dihormati. Maroko harus tetap merupakan
lapangan penanaman modal bagi modal-modal Eropa. Didaerah itu kepentingan
Jerman harus dianggap sama dengan kepentingan Prancis ataupun Inggris.
Intervensi Jerman terhadap Maroko ini disebabkan kerena Jerman pada waktu itu
sangat membutuhkan ekspansi kolonial bagi kepentingan modalnya.
Pada
Maret 1905, menteri Baron Von Holstein mempersilahkan Kaisar Wilhelm II
mengunjungi Tanger. Kaisar mendarat selama 4 jam dan mengadakan pidato yang
isinya mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Maroko. Kaisar juga mengumumkan
bahwa beliau adalah pembela kemerdekaan Maroko, dan maroko akan tetap terbuka
bagi perdagangan segala bangsa dengan hak-hak yang sama. Sudah barang tentu
pidato kaisar tersebut merupakan tantangan bagi rencana Delcasse. Tetapi
Prancis pada waktu itu belum siap untuk mengadakan perang. Kepentingan antara
kedua negeri tersebut makin hari makin memuncak. Rusia, sekutu Prancis, sesudah
mengalami kekalahan melawan jepang pasti tidak akan membantu Prancis sedang
bantuan dari Inggris belum dapat dipastikan.
Politik
jerman pada waktu itu ditunjukkan untuk mematahkan Entente Cordiale dengan cara
menarik Rusia, kemudian Prancis kepihaknya. Dalam hal ini Jerman akan
menunjukkan kepada Prancis bahwa Entente Cordiale itu tidak ada artinya. Dan
ini berarti suatu ujian bagi Entente. Pemerintah inggris tidak pernah lupa akan
bahaya apabila Eropa bagian kontinen bersatu seperti pada zaman Nelson. Bahaya
persatuan eropa dibawah pimpinan Jerman menghadapi Inggris seakan-akan dapat
direlisasi, ketika kaisar menjumpai Tsar di Teluk Bjorko di Laut Timur, yang
pada waktu sedang berusaha melupakan keruwetan-keruwetan didalam negerinya.
Kedua
kepala negara itu mendatangani perjanjian yang berarti menyeret Rusia pada
pihak Jerman. Perjanjian ini akan diperbaharui dan akan menarik Prancis
kedalamnya, apabila Inggris terbukti tidak memberi bantuan kepada Prancis.
Dengan demikian Kaisar menganggap bahwa Liga Kontinental pasti akan tercapai.
Ketika Jerman menuntut diadakan konferensi internasional, Paris harus
menentukan pilihannya, setia pada Entente Cordiale (1904) atau menerima usul
Jerman. Delcasse menolak tuntunan Jerman, tetapi suara publik dan juga
menteri-menteri lainnya dalam kabinet Rouvier menyesalkan bahwa politik
Delcasse yang anti-jerman itu akan membawa negerinya dalam kedudukan yang
berbahaya.
Kekalahan
armada adminal Rozdeztwensky oleh armada Jepang di Selat Tsushima pada mei 1905
merupakan pertempuran yang menentukan. Amerika Serikat dan Jerman yang takut
politik pintu terbuka di Tiongkok diakhiri. Cepat-cepat menganjurkan agar Rusia
menghentikan perangnya. Kekalahan rusia yang merupakan sekutu Prancis,
mengakibatkan Prancis menerima tuntunan jerman, mengadakan suatu konferensi
untuk menentukan nasib Maroko. Rouvier sendiri bertindak sebagai menteri luar
negeri dan Delcasse meletakkan jabatan. Konferensi tersebut dilangsungkan di
Algeciras (Januari 1906).
Konferensi
itu akan dipergunakan Jerman untuk menghina Prancis mematahkan Dua Alliance dan
menunjukkan kepada Inggris bahwa ia salam dalam memilih sahabat. Diadakannya
pertemuan itu berarti suatu kemenangan bagi Jerman. Tetapi kemenangan itu hanya
langsung sebentar saja, karena hasilnya merupakan kekalahan bagi Jerman. Dalam
konferensi itu Inggris, Prancis, Rusia dan Spanyol merupakan kelompok kuat
untuk menghadapi Jerman. Mengenai hal-hal yang penting, Amerika Serikat dan
Italia juga membantu Prancis. Hanya Austria sajalah yang membantu Jerman.
Akhirnya diputuskan :
Ø Kedaulan
sultan secara formal diakui.
Ø Kepolisian
dan bank nasional berada dibawah pengawasan internasional.
Ø Prinsip
politik pintu terbuka bagi semua bangsa tetap berlaku.
Ø Prancis
diberi kebebasan menjalankan “ peaceful penetration” di Maroko, kecuali pantai
utara.
Ø Daerah
pantai utara diserahkan kepada Spanyol.
Dengan
demikian Jerman mengalami kekalahan diplomatik di Algeciras. Kemenangan Jerman
dalam perjuangan tersebut dapat disebut kemenangan Phyrrhic. Sebaliknya Inggris
adalah pemenang dalam perjuangan itu. Entente Cordiale tidak hanya diuji
tentang kstabilannya, tetapi juga menjadi lebih kuat, karena Rusia telah
bersedia mendekati Inggris. Italia melanjutkan “extra tour”-nya mendekati Prancis dan Inggris. Dengan lain
perkataan Jerman sama sekali gagal dalam usahanya memecah belah Inggris dan
Prancis. Untuk sementara krisis Maroko fase pertama ini telah dapat diatasi,
krisis ini dapat dianggap sebagai percobaan mengadu kekuatan yang pertama kali
antara Jerman disatu pihak dan negara-negara Barat lainnya dipihk lain. (
Soeratman : 118 124)
c. Latar Belakang Krisis
Maroko ke-II
Krisis Maroko kedua(yang juga dikenal sebagai Krisis Agadir, atau Panthersprung).
Perancis merasa perlu untuk memantapkan kedudukannya di Maroko. Tetapi kondisi
didalam negeri Maroko sendiri menjadi bergolak, karena munculnya
perlawanan-perlawanan rakyat terhadap Perancis. Pergolakan-pergolakan yang
terjadi dan sikap Perancis dalam mengahadapi pergolakan tersebut, membuat
Jerman masuk kembali ke masalah Maroko dengan mengakui kemerdekaan Maroko tahun
1808. Akibatnya pemberontakan-pemberontakanpun semakin hebat. Pada tahun 1911
ibukota Maroko, Fez bahkan dapat dikepung oleh kaum pemberontak dan tentara
Perancis-pun menduduki kota tersebut.
Tindakan ini memaksa Jerman mengirimkan
kapal-kapal perangnya ke Maroko yang merupakan tantangan bagi Perancis dan
Inggris. Menurut Inggris tindakan Jerman tersebut mengancam perdamaian dunia
karena melibatkan tiga Negara besar yaitu, Perancis, Jerman dan Inggris. Tetapi
kondisi ini dapat diakhiri dengan perjanjian yang intinya Jerman harus
meninggalkan Maroko dan mengakui kekuasaan Perancis atas Maroko. Dan sebagai
imbalannya Jerman mendapatkan sebagian daerah Perancis di Kongo.
Dengan adanya perjanjian ini maka krisis
Maroko episode ke II inipun berakhir dan Perancis makin memantapkan
kedudukannya di Maroko, dan pada tahun 1918, Maroko dijadikan wilayah
protektorat Prancis.
d.
Krisis Maroko ke-II
Sesudah
diadakan Konferensi Algeciras sampai 1911, terjadilah bermacam-macam konflik
antara tentara Prancis dan penduduk maroko dan di Melilla antara orang-orang
Spanyol dan penduduk pegunungan. Pada 1908 Sultan Abdul-Azis didesak oleh
adiknya, Mulia Hafid, yang kemudian diakui oleh penguasa-penguasa Barat (1909).
Pada tahun itu sebuah perjanjian antara Jerman dan Prancis ditandatangani.
Isinya berdasarkan prinsip-prinsip perjanjian Algeciras, ialah kemerdekaan
Sultan diakui dan persamaan hak dalm lapanagn ekonomi diberikan bagi semua
bangsa. Pengaruh Prancis di maroko makin bertambah, tetapi situasi
perekonomiannya terancam.
Kedudukan
prancis sangat sulit, lebih-lebih ketika mulai ada pemberontakan pada 1911. Fez
, ibu kota Maroko dikepung oleh kaum pemberontak dan tentara Prancis segera
menduduki kota tersebut. Jerman menuduh tindakan Prancis itu sebagai tanda
bahwa Prancis menghendaki protektorat atas Maroko. Peristiwa tersebut dipakai
oleh Jerman untuk mendapatkan kompensasi.
Paris
sibuk membicarakan masalah tersebut, bahkan disebut-sebut nama daerah Congo
Prancis untuk ganti kerugian apabila Jerman menuntutnya. Pada Juli 1911
kedutaan-kedutaan Jerman di berbagai ibu kota mengumumkan, bahwa pemerintahnya
telah memutuskan untuk melindungi kepentingan Jerman, terutama yang mengirimkan
sebuah kapal perang dan kapal meriam “Panther” memasuki bandar Agadir di pantai
samudra Atlantik. Munculnya “Panther” di Agadir itu merupakan suatu tantangan
bagi Prancis, juga bagi Inggris. Inggris menuduh Jerman mendirikan pengkalan
laut di pantai Lautan Atlantik dan tidakan tersebut mengancam perdamaian dunia.
Ketika
Inggris memberi peringatan kepada Jerman, maka Jerman menjawab bahwa hinaan
yang dilemparkan kepadanya itu tidak akan dibiarkan lalu begitu saja.
Terjadilah krisis Maroko yang kedua. Persiapan perang secara mendalam telah
dilakukan baik oleh Inggris, Prancis, maupun oleh Jerman. Tetapi kemudian
keadaan yang penting itu dapat diatasi dengan mengadakan perjanjian yang berisi
“ Jerman harus meninggalkan Agadir dan mengakui protektorat Prancis terhadap
Maroko. Sebagai kompensasi Prancis memberi bagian barat-laut Congo Prancis
kepada Jerman”. Sejak itu Prancis memperoleh daerah yang sangat luas di Afrika
Utara. Krisis Maroko kedua telah berakhir.
Akibatnya
hubungan antara Inggris dan Jerman menjadi sangat buruk. Pada orang-orang
Jerman terbitlah perasaan bahwa Inggrislah musuh yang sebenarnya. Tetapi
sedikit demi sedikit ketegangan antara dua bangsa tersebut dapat dikurangi.
Hubungan baik antara Inggris dan Jerman selalu diusahakan, tetapi gagal. Perang
dunia I membuktikan adanya kegagalan itu. ( Soeratman : 124-125).
e.
Gerakan Kemerdekaan Maroko
Seperti
bangsa Afrika lainnya Maroko juga merupakan negara Protektorat dari Prancis.
Selain dijajah Prancis Maroko juga pernah dijajah oleh Spanyol, disini terdapat
tokoh perlawanan melawan Spanyol yang sangat terkenal yaitu Amir Abdul Karim
pahlawan Rif yang sangat terkenal. Akan tetapi akhirnya Abdul Karim berhasil
dilumpuhkan oleh Spanyol yang bekerja sama dengan Prancis.
Sebagai
negara protektorat tentunya Maroko ingin mendapatkan sebuah kemerdekaan penuh.
Dan perjuangan menuju arah itu terus dilakukan baik melalui jalur perundingan
atau jalur kekerasan. Jalur kekerasan Maroko selalu mengalami kekagalan karena
dalam bidang persenjataan tentara Prancis jauh lebih maju. Dan cara ini yang
disenangi oleh Prancis.
Selain
jalur kekerasan Maroko juga melakukan perjuangan melalui jalur perundingan dan
diplomasi. Selama perang Dunia II Maroko amat penting bagi
upaya perang sekutu. Pada tanggal 8 November 1942. Tentara Amerika merupakan
pendaratan bersejarah di Maroko. Tahun berikutnya Presiden Franklin D.Roosevelt
dari Amerika Serikat dan perdana Menteri Winston Churchill dari Inggris bertemu
secara rahasia di Maroko pada Konferensi Kasablanka. Dekat akhir perang
timbullah suatu pergerakan kemerdekaan Maroko yang kuat. Pergerakan ini
dipelopori oleh sekelompok nasionalis yang mendapat dukungan bersemangat dari
segenap penduduk negeri. Partai Istiqlal pun didirikan untuk melaksanakan
perjuangan kemerdekaan itu.
Pada tahun 1953 Prancis menangkap
dan mengasingkan Sultan Mohammad V karena mendukung pergerakan kemerdekaan itu.
Tindakan ini mengakibatkan terjadi kericuhan dan pertumpahan darah selama 2
tahun di Maroko. Hal ini sampai membawa masalah Maroko ke dalam
sidang PBB pada tanggal 15 Oktober 1952, akhirnya di tahun 1955
Prancis mengizinkan Mohammad V kembali. Pada tahun berikutnya Maroko mendapat
kemerdekaan penuh. Pada tahun 1957 Mohammad V memakai gelar raja. Ia memerintah
sampai wafatnya pada tahun 1961 dan digantikan oleh putranya Hassan II.
(Syakiraah : 76)
4.
TOKOH
(MOHAMMAD V)
Pendahulu : Yusef
Pengganti : Hassan II
Ayah : Yusef
Ibu : Lalla Ya'aqut
Lahir : 10 Agustus 1909 Fes,Maroko
Meninggal : 26-02-1961 (umur
51) Rabat
Agama :
Islam
Muhammad
V (Sidi Muhammad ibn Youssef), Raja Maroko (1957-1961). Ia menggantikan
ayahnya, Moulay Youssef, sebagai sultan pada tahun 1927. Seorang nasionalis
bersemangat, dia digulingkan dan diasingkan (1953) oleh Perancis. Setelah
tekanan nasionalis yang kuat, Perancis dibawa (1955) Muhammad dari pengasingan
di Madagaskar ke Prancis, di mana ia sekali lagi diakui sebagai sultan. Ia
memperoleh (1956) pengakuan penuh kedaulatan Maroko dari Perancis dan Spanyol
dan, pada tahun 1957, ia mengambil gelar raja Maroko.
Sidi
Muhammad Ben Yusuf adalah anak ketiga dari Mulay Yusuf, seorang pangeran
berwarna dan saudara Sultan Maroko, Mulay Hafid. Muhammad lahir di Fez pada
tahun 1910, pada awal periode protektorat, tampaknya tidak mungkin ia akan
memerintah. Dua tahun kemudian, Prancis dinominasikan ayahnya untuk sukses
Sultan, yang telah mereka digulingkan karena ia menolak untuk memerintah
seperti yang mereka inginkan. Muhammad V datang ke kekuasaan setelah kematian
ayahnya pada tahun 1927, karena pemerintah Perancis menganggap dia untuk
menjadi lebih fleksibel dan kurang ambisius dibandingkan saudara-saudaranya.
Namun demikian, ia menggunakan kepopulerannya dan keterampilan dalam diplomasi
internasional untuk melibatkan diri dalam perjuangan, pada awalnya tidak merata,
dengan otoritas protektorat itu.
Setelah
Dahir Berber pada tahun 1930, yang dari suku lega Berber mengirimkan Shariʿa (
hukum Islam ), Muhammad menjadi lebih sensitif terhadap nasionalisme Maroko,
yang baru mulai terbangun. Tanpa putus dari protektorat itu, ia mendukung
demonstrasi oleh para intelektual tradisional dan modern muda, seperti Allal al
- Fasi, Hassan El Ouezzani, dan Ahmed Balafrej, yang pada tahun 1944,
melahirkan Partai Istiqlal (Kemerdekaan). Perang Dunia II disajikan kesempatan
untuk membujuk protektorat untuk bergerak ke arah rezim koperasi lebih setia
dengan semangat perjanjian asli antara Prancis dan Maroko.
Muhammad
menentang upaya Prancis untuk melindungi Maroko Yahudi dari penganiayaan saat
ia membantu membangun kembali kekuatan militer untuk melawan lagi dengan Sekutu.
1942 Pertemuan Casablanca dengan Presiden AS Franklin D. Roosevelt dan Perdana
Menteri Inggris Winston Churchill S. memperkuat perlawanan . Sejak saat itu ,
ia menggunakan strategi mempromosikan perubahan bertahap untuk mendapatkan
kembali kedaulatan negaranya yang telah hilangan pada tahun 1912. Dia mendekati
otoritas Perancis langsung untuk menghindari rintangan yang dibentuk oleh kedua
pemukim dan pegawai negeri sipil Perancis, yang menentang perubahan. Tapi dia tidak
berhasil meskipun hubungan baik dengan Jenderal Charles de Gaulle. Di tingkat
lokal, oposisi terhadap Perancis menjadi lebih dan lebih ganas dan menyebabkan
sultan deposisi dan pengasingan di Madagaskar pada tanggal 20 Agustus 1953. Tapi
Prancis tidak bisa melengserkan Muhammad pada tahun 1953 dengan cara yang sama
itu digulingkan pamannya Mulay Hafid. Lingkungan internasional yang tidak
menguntungkan ke Prancis , opini publik Perancis diterima enggan plot pro -
konsul', dan di atas semua, Muhammad adalah simbol dari gerakan oposisi yang
sangat dalam, yang dimobilisasi kota Maroko serta pedesaan. Bangsa ini tidak
bisa lagi diatur, dan pemerintah Perancis runtuh dalam waktu dua tahun dalam
menghadapi pemberontakan. Muhammad dipanggil kembali untuk melestarikan ekonomi
dan militer kehadiran Perancis, yang jika tidak, bisa saja tersapu oleh arus
nasionalisme yang jauh lebih radikal dari pada yang diwakili oleh raja dan kaum
borjuis Maroko.
Setelah
ia kembali kepada tahtanya pada bulan November 1955, Muhammad mengambil peran
juru bicara nasionalisme. Dia membiarkan Partai Istiqlal mengerahkan kekuatan
tanpa menjadi seorang tahanan dari gerakan nasionalis. Dia terus membela hak
monarki itu. Muhammad dan negaranya keluar dari konfrontasi antara Perancis dan
Aljazair Front de Libération Nationale ( FLN ).
Setelah
berhasil membangun kembali kemerdekaan negaranya di panggung internasional,
Muhammad juga mengkonsolidasikan posisi monarki dalam sistem kelembagaan, yang
terguncang oleh 1953 - krisis 1955. Beberapa di antara kaum nasionalis
menyambut seorang raja yang memerintah tanpa pemerintahan.
Dukungan
yang diperoleh pertempuran dengan Istiqlal melawan protektorat membantunya
menjaga kekuasaannya atas bagian penting dari gerakan nasionalis. Pasukan
militer dan polisi ditempatkan di bawah otoritas monarki, tetapi sektor
administratif lainnya bergantung pada pemerintah di dominasi oleh Istiqlal.
Tanpa bantuan dari monarki, itu tidak mungkin untuk memastikan baik kontrol
gerakan perlawanan atau penyelesaian pemberontakan pedesaan.
Selama
tiga puluh dua tahun ini pemerintahan , Muhammad V mendengarkan negaranya dan
mengambil bagian dalam evolusinya , yang memungkinkan untuk memulihkan
independensi dan memproyeksikan dirinya menjadi modernitas. Muhammad V adalah
simbol baik kemerdekaan dan modernitas . Simbol yang terus hari ini untuk cap
citra monarki dan memberi Maroko identitas yang kuat yang sangat dibedakan dari
yang negara-negara tetangganya.
http://www.answers.com/topic/mohammed-v-of-morocco
# ixzz2oJRYw5Q9
DAFTAR PUSTAKA
Soeratman,
Darsiti.2012.Sejarah Afrika:
Yogyakarta : Ombak
Syakiraah,Alifa.2012.Sejarah Afrika,Dari Masa Kuno Hingga Modern
: Palembang
Adebo,Chief.S.O.2003.Negara dan Bangsa.Jakarta:Widyadara
Editor :
Wasis,Widjiono.1991.Alamak Jagad Raya.Jakarta : PT Dian Rakyat
http://danaliqreen.blogspot.com/2014/01/maroko.html
http://puntodewoblogspotcom.blogspot.com/2012/05/krisis-fashoda-dan-maroko-di-afrika.html
(Di Akses 21-12-2013)
http://www.answers.com/topic/mohammed-v-of-morocco # ixzz2oJRYw5Q9
(Di Akses 23-12-2013)
http://ppimaroko.org/index.php?option=com_content&view=article&id=88:maroko-selayang-pandang&catid=51:info-maroko&Itemid=83
(Di Akses 24-12-2013)