Konflik Maroko Versus Sahara Barat: Pola Kolonialisme
Melestarikan Wilayah Tak Bertuan di Jalur Sutra
jalur sutra berwarna biru
Menurut bacaan penulis dengan
merujuk berbagai sumber, siapapun orang apabila hendak menelaah konflik antara
Maroko versus Sahara Barat (sejak 1975), rujukannya tidak boleh lepas dari dua
aspek utama sebagai daya picu. Pertama adalah geopolitic leverage yang
melekat (takdir) di kedua negara. Artinya selain letak (geostategy possition)
yang strategis di tepi Lautan Atlantik, juga faktor kandungan minyak dan gas,
apalagi setelah ditemukan cadangan hidrokarbon yang signifikan di Sahara Barat
semakin menguatkan motivasi kedua belah pihak untuk tetap memperjuangkan klaim
wilayah; dan kedua ialah kepentingan Kerr-McGee Corp dan Total, dua korporasi
minyak dan gas milik Amerika Serikat (AS) serta Perancis yang memperoleh
konsesi eksplorasi hidrokarbon dari Maroko (2001), meskipun akhirnya Total
menarik diri (2004) karena ketidakpastian situasi.
Dengan demikian, langkah-langkah
yang telah, sedang dan akan ditempuh dalam rangka kontribusi penyelesaian
konflik baik melalui forum seminar, diplomasi bahkan sampai angkat senjata dan
lain-lain, atau melibatkan berbagai lembaga internasional seperti PBB sebagai
mediator, wajib mengaitkan dua faktor tadi sebagai “akar masalah”. Tanpa kedua
hal di atas, maka pisau analisa, metode, solusi dan rekomendasi dari manapun
terasa hambar bahkan terkesan didangkalkan.
Namun entah kenapa, pasca
penarikan (militer) Spanyol, Maroko langsung mengambil-alih Saguia El Hamra, sedang
Mauritania mencaplok Rio De Oro. Keduanya merupakan wilayah Sahara Barat ex
jajahan Spanyol. Tetapi pada saat yang sama, pada 27 Februari 1976 Front
Polisario didukung Aljazair juga memproklamasikan Republik Demokratik Arab
Sahrawi (RDAS). Dan secara masif, RDAS melancarkan perang gerilya guna meraih
kemerdekaan terhadap penjajah baru yang dilakukan oleh Maroko dan Mauritania.
Otonomi Khusus Bagi
Sahara? Aneh!
Beberapa solusi ditawarkan guna
menyelesaikan konflik panjang tersebut, namun selalu gagal. Tetapi segala usaha
membuat damai dua negara yang bersengketa di ujung Afrika Utara terus
dilakukan. Yang unik ketika upaya penyelesaian meniru mekanisme proses damai
seperti konflik Aceh dulu. Tampaknya gaung keberhasilan implementasi MoU
Helsinki menarik perhatian dunia.
Awalnya ialah inisiatif Otonomi
Khusus (Otsus) bagi Sahara Barat yang diajukan Kerajaan Maroko sebagai
tanggapan atas seruan Dewan Keamanan PBB melalui Resolusi Nomor 1570 tanggal 28
Oktober 2004. Tak kurang Menlu Perancis, Alain Juppe (7/3/2011) mendukung
rencana Maroko memberikan wilayah sengketa Sahara Barat otonomi adalah usulan
yang realistis untuk wilayah itu. Menlu AS Hillary Clinton pun juga mendukung.
Ia memberi gambaran rencana otonomi sebagai “serius, kredibel dan realistis”.
.
Satu dari lima topik yang dibahas
dalam seminar yang dilaksanakan dan Organisasi Internasional lainnya di Jenewa.
Pertanyaannya adalah, mungkinkah pemecahan sengketa Maroko dan Sahara Barat
disamakan pola dan tata caranya dengan proses damai seperti Aceh melalui Otsus?
Ini yang menjadi masalah. Artinya solusi Otsus bagi Sahara niscaya menjadi
bagian masalah baru karena berbeda kondisi. Aceh tidak pernah dijajah dan
merupakan bagian Indonesia (NKRI), sedang Sahara Barat bekas jajahan Spanyol,
kemudian dicaplok Maroko. Bukankah terdapat azas Uti Possedetis, salah satu
pedoman baku hukum internasional yang hingga kini berlaku dimana esensinya
ialah: “bahwa batas wilayah negara bekas jajahan yang kemudian merdeka,
mengikuti batas wilayah sebelum negara tersebut merdeka”?
Bahwa akar masalah, latar
belakang, dan kharakteristik antara Aceh dan Sahara Barat sangat jauh berbeda.
Ibarat ibu-ibu gendut meniru cara seorang peragawati langsing mengenakan celana
ketat lagi sexy, terkesan memang “dipaksakan”. Lucu! Ya, sepertinya solusi
Otsus atas Sahara hanya ingin memberikan kesan kepada dunia bahwa seolah-olah
ia bagian dari Maroko.
Siapa Dibelakang Maroko?
Merujuk awal tulisan ini, selain
terdapat kepentingan Total dan Kerr-McGee Corp, tak boleh dielak bahwa
kepentingan AS pun kuat tertancap di Maroko. Indikasinya terlihat ketika ia
membantu menggagalkan dua kali kudeta terhadap Raja Hasan II. Atau dukungan
tatkala Maroko hendak menguasai Spanis Barat (nama lain Sahara Barat). Alasan
kenapa Uncle Sam mati-matian mendukung Maroko adalah faktor ideologis
dan geopolitik, artinya Raja Hasan II merupakan sekutu utama AS di Afrika Utara
guna menghadapi Islam Radikal dan pengaruh Komunis (Ian Willian and Stephen
Zunes, 30 Agustus 2006).
Selain AS, Perancis ternyata
mendukung secara penuh. Apakah gara-gara Total mendapat konsesi hidrokarbon
dari Maroko, entahlah. Menurut data, Total menarik diri dari bisnis migas di
Maroko pada 2004. Tapi yang pasti kedua adidaya menekan Spanyol agar turut
mendukung Maroko. Ancaman kepada Spanyol pun tidak tanggung-tanggung yakni
menghentikan bantuan militer dan teknologi, bahkan kalau perlu embargo lebih
luas lagi. Pada akhirnya diketahui, bahwa AS maupun Perancis memberikan
dukungan militer kepada Maroko (Jacob Mundy, 2012).
Gerakan Maroko dan Kerr-McGee
“merambah” ke wilayah Sahara Barat, sesungguhnya telah menuai kritik bahkan
ditentang banyak kalangan. bahwa apa yang dilakukan Kerr-McGee adalah ilegal.
Alasan pertama, “Kesepakatan Madrid” tidak memberikan kepada Maroko hak apapun
mengenai wilayah yang menjadi sengketa, karena sama sekali tidak melibatkan
rakyat Sahara Barat. Alasan kedua, Resolusi Majelis Umum PBB mengenai
pengelolaan kekayaan ekonomi wilayah-wilayah yang masih berada dalam
pemerintahan administasi diabdikan bagi kesejahteraan rakyat yang bersangkutan
membantu pemerintahan yang mandiri. Ia menambahkan, “Kesepakatan Madrid tidak
mentransfer kedaulatan atas wilayah itu, juga tidak memberikan kepada salah
satu penandatangan status kekuasaan administrasi, status Spanyol (red: sebagai
penjajah) tidak bisa ditransfer secara sepihak”.
Demikian juga Miguel Angel
Moratinus, Menlu Spanyol sang mantan negara penjajah pun membuat statement
lebih keras lagi, bahwa apa yang dilakukan oleh Maroko adalah ilegal. Tetapi
tampaknya, baik McGee maupun Maroko tidak peduli. Mereka jalan terus.
Salah satu upaya Maroko ialah
Green March yakni memobilisasi massa guna menduduki Sahara Barat menggeser
penduduk asli. Pola ini persis methode Cina sewaktu mengatasi konflik etnis di
Xinjiang dulu, dimana pemerintah Cina men-droup suku Han hampir sama
jumlahnya dengan suku Uigur, penduduk asli di Xinjiang. Mungkin contoh aktual
adalah terusirnya suku Rohangya dari kampung halaman karena “meletus”-nya
konflik etnis di Arakan, Myanmar, dan lain-lainnya.
Sepertinya pertikaian dua negeri
di tepian Lautan Atlantik tersebut adalah perpanjangan tangan atau bahkan
merupakan implementasi dari skenario global, atau jangan-jangan justru grand
strategy para adidaya dunia. Inilah yang mutlak dicermati. Asumsi umum
bahwa konflik lokal merupakan bagian dari konflik global semakin relevan
memotret konflik berlarut antara Maroko dan Sahara Barat.
menampung tentara desersi, cacat,
trauma atau sebab lain yang menyebabkan mereka tidak layak melanjutkan
pertempuran. Ini konsep lapangan, sehingga keberadaanya meski seolah-olah tak
terekam oleh Markas Besar, tetapi dipahami. Artinya bila suatu ketika ada
temuan pun niscaya dimaklumi – karena praktek operasionalnya dalam koridor
kepentingan militer di daerah inti tempur sendiri, terutama bila menghadapi
peperangan dalam skala besar dan lama. Kelebihannya di sisi lain, bahwa komando
di kawasan ini mampu mencari ”logistik” sendiri dengan kelaziman tata cara
militer karena lengkapnya peralatan, bahkan mungkin hampir sama dengan
peralatan pasukan di daerah tempur inti.
Kembali ke Sahara Barat, apakah ia
hendak dijadikan “wilayah tak bertuan” bagi kepentingan operasi militer AS
dengan merujuk pedoman prinsip US Africom yaitu melindungi aliran sumberdaya
alam dari Afrika ke pasar global, memang perlu penelusuran lagi.
Jalur Sutra membentang
sepanjang 7000-an kilometer dari Cina, Asia Tengah sampai ke Eropa. Terdiri
atas banyak cabang. Tetapi secara garis besar terdapat tiga jalur utama di
utara, di tengah dan di selatan: (1) Jalur Utara: terhubung antara Cina – Eropa
hingga Laut Mati melalui Urumqi dan Lembah Fergana; (2) Jalur Tengah: Cina –
Eropa hingga tepian Laut Mediterania, melalui Dun-huang, Kocha, Kashgar, menuju
Persia/Iraq; (3) Jalur Selatan: Cina – Afghanistan, Iran dan India melalui Dun-huang
dan Khotan menuju Bachtra dan Kashmir. Itulah awal dikenal atau sebutan
Jalur Sutra.
Sir Halford Mackinder (1861-1961)
dari Inggris mengatakan bahwa siapa negara menguasai kawasan ini (Timur Tengah
dan Asia Tengah) yang memiliki kandungan sumberdaya alam dan aneka ragam
mineral, bakal menuju arah “Global Imperium”. Ia menyebut kawasan ini
sebagai “Heartland”, jantungnya dunia.
Dalam perspektif adidaya dunia,
geopolitik kawasan ini sangat prospektif lagi dahsyat karena membelah dua
dunia, yakni antara (kepentingan) Barat dan Timur. Maka dengan berbagai cara,
adidaya Barat seperti jajaran Uni Eropa, AS dan para sekutu mengurai
pengaruhnya. Didirikan US Centcom, US Africom, dan lainnya ialah dalam rangka
menancapkan hegemoni. Tak ketinggalan para adidaya baru dari Timur (Rusia dan
Cina) pun menjalin hubungan pada negara-negara di kawasan tersebut guna menebar
pengaruh.
Menurut David Rockefeller, jalur
tersebut melintas antara Maroko (Afrika Utara) hingga perbatasan Cina dan
Rusia. Sedang asumsi GFI, riil jalur melegenda kini membujur di antara Cina dan
perbatasan Rusia – via UTARA melalui Kyrgystan, Kazakhtan, Uzbekistan,
Turmeniztan, Iran, Iraq, SYRIA, Turki dan selanjutnya terus ke Eropa; sedangkan
via SELATAN membentang antara Cina, India, Pakistan, Afghanistan, Iran, Iraq,
SYRIA, Mesir dan terus berlanjut ke negara-negara Afrika Utara hingga MAROKO.
Maka simpulan sementara yang dapat
ditarik dengan berlarutnya konflik antara Maroko dan Sahara Barat yang tak
kunjung selesai, semata-mata ialah urgensi geopolitik dan “kesengajaan” para
adidaya terutama AS dalam rangka menciptakan “wilayah tak bertuan” sebagai
daerah penopang dalam rangka menguasai Jalur Sutra.
- Letak
Geografis Maroko
Maroko adalah sebuah negara dengan
luas daratan 710, 850 km2. terletak di ujung utara bagian barat benua
Afrika. Membentang luas dari utara, berbatasan dengan laut Mediterania, dan
dari Barat oleh Samudra Atlantik (dengan garis pantai yang panjangnya lebih
dari 3000 Km), dan dipisahkan dari Benua Eropa oleh Selat Gibraltar atau yang
dulu dikenal dengan Selat Jabal Thoriq (14 Km – berseberangan langsung dengan
Spanyol). Dan berbatasan dengan Mauritania di Selatan, Dan Al-jazair di Timur. Maroko
berada di zona waktu Greenwich, sehingga waktunya pun mengadopsi Greenwich mean
time atau menyamakannya dengan waktu Greenwich.
Dikarenakan Maroko berada jauh dari di utara garis
khatulistiwa, maka negara ini pun memiliki empat musim, layaknya Eropa. Yaitu
musim panas ( Juni-Agustus ), musim gugur (September-November), musim dingin
(Desember-februari), dan musim semi (Maret-Mei).
Cuaca
di Maroko yang paling dominan adalah di daerah mediterania, yang meliputi
bagian barat Maroko dan utara dikarenakan Samudra Atlantik dengan kelembaban
yang tinggi dan sejuk dibanding wilayah lain seperti Maroko bagian tengah dan
selatan dengan perbedaan suhu yang tinggi.
Sementara
zona Atlas Utara lembab, dengan turunnya hujan dan salju pada musim dingin,
sedangkan padang pasir (sahara) dengan suhu yang panas mendominasi Maroko
bagian selatan.
- Agama dan kepercayaan di Maroko
Maroko
sangat dikenal sebagai negeri eksotik di ujung barat dunia Islam. Maroko
merupakan salah satu negara kerajaan dengan penduduk mayoritas muslim. Bahkan
Pemerintah Kerajaan Maroko hanya mengakui Islam sebagai agama resminya.
Agama Islam di negeri ini dikembangkan dengan
menghargai tradisi lokal, seperti yang dilakukan oleh para dai atau wali songo
ketika menyebarkan Islam di Nusantara. Maka tak heran jika ada ritual-ritual
keagamaan yang mirip dengan keislamaan di Indonesia.
Maroko juga dikenal sebagai negara Arab yang gaul, nuansa Eropanya sangat kuat,
tetapi tak kehilangan akar tradisi Arab dan Islam. Kebebasan berpendapat dan
tradisi berpikir sangat terbuka di negeri Ibnu Batutah ini. Pemerintah tidak
memaksa rakyatnya untuk berpola pikir secara kaku atau seragam. Barangkali
salah satunya adalah karena faktor penguasa Maroko saat ini, Raja Muhammad VI,
seorang lulusan Eropa yang berpikiran Modern. Ia bertekad untuk memodernkan
Maroko, namun tetap melandaskannya kepada ajaran Islam.
Raja yang hampir berusia 50 tahun itu sedang berupaya mempertahankan tradisi
keagamaan yang berusia ribuan tahun dengan arus globalisasi. Maka tak heran,
jika di negeri bekas jajahan Perancis dan Spanyol ini, simbol-simbol tradisi
Islam tetap kelihatan. Aktifitas religius selalu semarak. Aneka ritual tarekat
sufi bebas berekspresi. Di tengah kuatnya arus modernisasi dan globalisasi yang
berhembus kencang dari Barat. Bahkan kaum wahabi Maroko pun kadang-kadang
sering kewalahan untuk mempengaruhi “Islam Tradisional” ini.
Kristen di Maroko
Walaupun Maroko dikenal
sebagai negera kerajaan dengan penduduk mayoritas muslim, yaitu 98,7 %. Namun
pada tahun 2009 sensus mencatat ada 1,1 % atau 380.000 dari penduduknya
beragama Kristen. Untuk mudah mengetahuinya, biasanya mereka itu mempunyai
rumah dengan ciri khas yang sering dinamai dengan al Mallah.
Kristen di Maroko telah lama
muncul, yaitu sejak masa kerajaan Romawi. Yang dikenal dengan Kristen Babar
yang menganut aliran Qibtiyah. Saat penaklukan Islam di Maroko yang dipimpin
oleh ‘Uqbah ibn Nafie’ antara tahun 681 dan 683 M. mereka perlahan mulai
sembunyi-sembunyi dalam membawa misinya.
Sekitar abad ke 19 dan 20 atau pada masa penjajahan Perancis terhadap Maroko,
kaum Kristen mulai berdatangan kembali ke Maroko dengan jumlah yang sangat
banyak. Kelompok ini kemudian disebut dengan al aqdam as sauda’ (Pendatang
gelap). Mereka ini kebanyakan dari Italia, Spanyol, Perancis, dan bahkan dari
Eropa timur. Mayoritas kelompok ini adalah para penganut Kristen
Katholik.
Sementara pada tahun 1830 jumlah Kristen-Eropa di Maroko masih sangat sedikit,
yaitu hanya berkisar 250 orang dan yang tinggal di kota Tanger sebanyak 220
orang. Jumlah ini melonjak pada tahun 1858 menjadi 700 orang. Kemudian pada tahun
1864 menjadi 1400 orang dan hingga tahun 1910 mencapai 10.000 orang.
Saat ini umat Kristen di Maroko sering mengadakan ritual keagamaannya di dua
gereja, yaitu Gereja Romawi Katholik dan Protestan. Mereka mayoritas tinggal di
Casablanca dan kota-kota lainnya seperti Rabat, Tanger, Meknes, Marrakech dan
Essaouira. Kebanyakan dari mereka adalah berasal dari Eropa yang tinggal sejak
awal pejajahan dan ditambah dengan penduuk asli Maroko yang dulunya beragama
Islam. Mereka sering melakukan ritual-ritual keagamaannya dengan
sembunyi-sembunyi bertempat di gereja khusus yang hanya di ketahui kalangan
mereka, dan Mayoritas dari mereka ini menganut ajaran kristen protestan dengan
ajaran yang khas.
Toleransi Antar Umat Beragama
Sepanjang sejarah, praktek Tasamuh (toleransi) antar umat beragama di Maroko
sangat dikenal dengan baik sejak abad ke 3 sebelum masehi. Sebagaimana Raja
Maroko pernah megizinkan kaum Yahudi Israel untuk kembali lagi ke Maroko dan
memberikan kesempatan tinggal. Bahkan Raja pun memberikan kesempatan bagi
mereka yang ingin mengubah kewarganegaraannya menjadi warga Negara Maroko.
Dalam
undang-undang Kerajaan Maroko, Pasal tiga mengatakan, “Setiap warga Negara
dijamin dan diberikan kebebasan untuk melaksanakan agamanya masing-masing”.
Walaupun demikian, saat ini ada undang-undang baru yaitu al Qanun al Jina’i
(hukum pidana) yang melarang warga asli Maroko untuk pindah agama, dari Islam
ke agama lain. Kecuali bagi warga maroko yang sudah memeluk ajaran Kristen
sejak dulu, dan kini diberikan kesempatan bagi mereka untuk mengamalkan
ajarannya secara terang-terangan.
Bahkan saat ini di Maroko ada Majlis al Kanais al Khomsi (Forum perkumpulan
lima Gereja), yaitu semacam wadah pertemuan agama-agama Kristen di Maroko yang
terdiri dari lima gereja yang berbeda-beda, dan forum perkumpulan ini sangat
diakui secara resmi dan dilindungi oleh undang-undang Kerajaan Maroko.
Budaya maroko
FESTIVAL
Maroko mempunyai banyak festival, diantaranya Fez Festival Musik Sakral
Dunia, Essaouira Gnaoua dan World Music Festival, Marakesh
Folklore Festival, Rose Festival, Pernikahan Imilchil Festival,
Cherry Festival, Prosesi Lilin Lantern, Camel Festiva, Pohon Almond
Blossom Festival.
KULINER KHAS
Banyak makanan khas Maroko seperti Bastila adalah kue merpati, persiapan
mewah, benar-benar kaya, dan megah yang dibuat untuk kesempatan khusus di
Maroko seperti liburan, pernikahan, atau ketika tamu terhormat datang. Selain
itu juga terdapat makanan khas lainnya adalah pastelis
TARI-TARIAN
Maroko adalah sebuah negara dengan adat cerita rakyat yang beragam, dan
tradisi. Dari ekspresi suku dan cerita rakyat banyak, salah satu yang paling
tidak biasa adalah tarian kuno yang dikenal sebagai Guedra tersebut. Ini
adalah sebuah ritual dilakukan untuk musik trance. Asal-usulnya adalah
spekulatif. Guedra mengambil nama dari drum dimainkan untuk menjaga ritme nya.
Para guedra kata berarti, "pot" dalam bahasa Arab. Drum
terbuat dari panci dapur umum dengan kulit kambing membentang di atasnya.
menikah atau masyarakat, atau untuk menyerahkan diri kepada Allah. Tujuan dari
ritual ini adalah untuk melayani sebagai berkat bagi teman atau orang yang
menikah atau masyarakat, atau untuk menyerahkan diri kepada Allah. Di negara
ini ada tarian disebut ahouache. Ini adalah tarian mana gadis-gadis
berbaris dalam lingkaran dan bernyanyi dan menari untuk drum.
PAKAIAN ADAT
Beragam pakaian adat yang ada di Negara Maroko. Pakaian tradisional untuk
laki-laki dan perempuan disebut jellaba , sebuah, panjang longgar,
berkerudung garmen dengan lengan penuh. Untuk acara-acara khusus, pria juga
memakai topi merah disebut bernousse, lebih sering disebut sebagai Fez
. Wanita mengenakan kaftan dihiasi dengan ornamen. Hampir semua pria dan wanita
kebanyakan memakai balgha yaitu sandal kulit yang lembut tanpa tumit,
sering dicelup kuning. Perempuan juga memakai hak tinggi sandal , sering dengan
perak atau emas perada . Perbedaan antara jellaba dan kaftan adalah bahwa
jellaba memiliki hood , sementara kaftan yang tidak. djellabas Kebanyakan
wanita adalah berwarna cerah dan memiliki pola hiasan, jahitan, atau
manik-manik, sementara djellabas pria biasanya lebih jelas dan berwarna netral.
BANGUNAN BERSEJARAH
Banyak bangunan bersejarah di negara Maroko, diantaranya Masjid Hassan dan
Tower di Rabat salah satu situs sejarah yang paling penting di Maroko. Lalu
ada Tin Mal Masjid. Ini adalah tujuan wisata populer dan sekitar 57
kilometer (36 mil) selatan dari Marrakesh. Kemudian ada Grand Kutubiyya
Masjid adalah suatu maha karya rekayasa dan arsitektur dan salah satu
gedung terbaik di Maroko. Itu juga merupakan masjid terbesar di Marrakesh.
Kemudian ada Bou Inania, adalah baik masjid, sebuah madrasah
Islam dan halaman yang luas. Ini bangunan yang sangat baik dibangun oleh Sultan
Abu Inan antara 1351 dan 1356. Hampir pernah bagian dan inci dari Bou Inania
telah rumit dihiasi dengan pintu dan jendela yang mengesankan, kayu melengkung,
semen halus, script dan zelliges.
System politik maroko
Maroko
merupakan kerajaan konstitusional dengan parlemen yang dipilih oleh rakyat
dalam sebuah pemilihan umum. Raja Maroko dengan kekuasaan eksekutif dapat
membubarkan pemerintah dan mengerahkan pasukan militer. Partai oposisi
dibenarkan secara hukum, dan beberapa di antaranya berdiri dalam beberapa tahun
terakhir.
Sistem
politik Maroko berada dalam kerangka kerja parlementer kerajaan konstitusional,
dimana Perdana Menteri menjadi kepala pemerintahan yang dibentuk oleh sejumlah
partai (multi-partai). Kekuasaan eksekutif dimiliki oleh pemerintah. Sementara
kekuasaan legislatif dibagi bersama antara Pemerintah dan dua kamar di
parlemen, yakni Dewan Perwakilan Rakyat Maroko dan Dewan Konsuler.
Hal
lain yang penting dalam sistem politik Maroko adalah penegasan yang ada di
dalam Konstitusi Maroko bahwa Maroko adalah sebuah Kerajaaan dengan Parlemen
dan Pengadilan yang independen.
Konstitusi
memberikan kekuasaan yang besar kepada Raja. Di sisi lain Raja juga memiliki
dua tugas penting, sebagai pemimpin politik sekuler dan Pemimpin Keyakinan
sebagai keturunan langsung dari Nabi Muhammad SAW.
Raja
memimpin Dewan Menteri dan menunjuk Perdana Menteri mengikuti hasil pemilihan
legislatif. Dengan rekomendasi Perdana Menteri, Raja menunjuk anggota
pemerintahan atau kabinet.
Di
dalam Konstitusi juga disebutkan bahwa Raja dapat memberhentikan menteri kapan
saja. Juga disebutkan bahwa Raja dapat membubarkan Parlemen setelah melakukan
konsultasi dengan pimpinan kedua kamar di Parlemen, menunda Konstitusi,
menggelar pemilihan umum baru, atau menerbitkan dekrit. Namun hal itu baru
sekali terjadi, yakni pada tahun 1965.
Raja
juga bertindak sebagai panglima tertinggi Angkatan Bersenjata.
Raja
Hassan II berkuasa menggantikan ayahnya yang meninggal pada tahun 1961. Setelah
memerintah Maroko selama 38 tahun, Raja Hassan meninggal dunia di tahun 1999.
Kekuasaannya pun dilanjutkan oleh Raja Muhammad V yang disumpah pada bulan Juli
1999.
Dalam
pemilihan umum yang digelar tahun 1998, pemerintahan koalisi dipimpin
Abderrahmane Youssoufi yang merupakan ketua kubu oposisi sosialis. Kabinet yang
dibentuknya pun terdiri dari mayoritas anggota partai oposisi.
Pemerintahan
Youssoufi' adalah pemerintahan pertama di Maroko yang diisi oleh tokoh-tokoh
oposisi dan juga merupakan pemerintahan pertama yang dibentuk dari koalisi
sosialis, kelompok kiri-tengah, dan nasionalis, dan dilibatkan dalam
pemerintahan sampai Oktober 2002.
Itu
juga merupakan pertama kalinya dalam sistem politik Arab modern dimana kelompok
oposisi dapat memimpin.
Ekonomi
Maroko merupakan
salah satu Negara dunia ketiga yang sedang membangun. Penjajahan Spanyol dan
Perancis telah melumpuhkan sendi perekonomian setempat, sehingga pemerintahan
Maroko, setelah terbebas dari penjajahan, harus berjuang dan menyusun strategi
pembangunan guna meningkatkan tarap hidup masyarakat yang relatif rendah kala
itu. Maka dibuatlah suatu perencanaan yang menitikberatkan pada sektor
peranian. Hal ini mengingat Maroko memiliki tanah yang subur, di samping sistem
ini paling tepat untuk perekonomian rakyat yang hidup dengan cara tradisional.
Strategi ini ternyata ampuh untuk memperbaiki perekonomian Maroko, sebagaimana
terlihat jelas dengan tingginya tingkat ekspor hasil pertanian Maroko ke
berbagai Negara eropa dan timur tengah. Di samping itu, peran sektor perikanan
juga tidak dapat disisihkan dalam menambah devisa Negara, mengingat sebagian
besar wilayah Maroko berada di pantai Samudera Atlantik dan laut tengah.
Dalam sektor
wisata pun Maroko boleh dikatakan unggul. Ini terbukti dengan banyaknya obyek
wisata yang menarik minat pelancong dari Eropa, Asia maupun benua lainya. Di
antara objek wisata tersebut adalah pantai indah yang berada di pinggiran
kota-kota pesisir seperti: pantai pelaya di Tanger, pantai Ashila, pantai
Mehdia di Kenitra, pantai Agadir yang dikenal dengan penjara di tengah lautnya,
dan banyak menyimpan kesan di benak para pelancong dengan fasilitas kafe dan
restoran di pinggir pantai serta fasilitas lainnya. Di samping itu ada juga
obyek wisata air terjun yang ada di Sopro, Fes dan Khribga. Serta sumber air
panas ainullah, fes. Obyek wisata lain yang terdapat di kota Fes ataupun di
Jami’ Alfena di Marrakech.
Demikian pula
tempat-tempat yang bernilai sejarah seperti Goa Hercules di Tanger, Penjara
Portugis di Safi, Jami Quaraouyine (baca: qarawiyyin) di Fes. Volubilis versi
nama Itali dan Walili versi nama Maroko, terletak di sebelah utara kota Meknes,
sebagai kota bersejarah peninggalan Pemerintahan Romawi Kuno di Maroko,
Volubilis tetap terjaga keaslian dan kekunoannya. Dan benteng-benteng kokoh
bercat merah kekuningan yang dapat disaksikan di setiap kota di Maroko. Begitu
juga perkampungan unik yang menyimpang nyanyian gurun sahara di Ouarzazat,
sebelah selatan kota Marrakech.
Dari sejumlah
obyek wisata yang terdapat di Maroko, tidak dapat dilupakan sebuah warisan yang
paling dibanggakan yang dibangun di zaman raja Hasan II, yaitu mesjid hasan II
yang terletak di kota casablanca. Mesjid ini memiliki bangun megah, bahkan
termegah ketiga di dunia setelah haramain (masjidil haram dan masjid nabawai),
dan dapat menampung lebih kurang 100.000 jamaah serta selalu dipakai untuk
acara keagamaan kerajaan, seperti peringatan Maulid Nabi.
Dalam sektor
industri, Maroko juga dikenal sebagai negara penghasil fosfat terbesar di
dunia. Pabrik fosfat yang berada di kota Shafi merupakan penopangan terpenting
ekonomi negara setelah pertanian. Juga tidak dapat dilupakan, keberadaan
pelabuhan-pelabuhan laut internasional yang berada di beberapa kota pesisir
seperti Safi, Tanger, Mohammedia dan Casablanca yang telah banyak menyumbangkan
devisa bagi Maroko. Bahkan boleh dikatakan, pelabuhan kapal casablanca
merupakan yang terbesar di wilayah Afrika Utara. Menurut statistik ekonomi
Maroko tahun 1999, Maroko telah memililki income perkapita sebesar US$ 1300.
dan di bawah pemerintahan raja mohammad VI yang naik tahta yang cukup berarti.
Hal ini terbukt dari berbagai proyek dan perencanaan pembangunan yang
dicanangkan pemerintahan dengan berbagai negara yang tergabung dalam Uni Eropa.
social Masyarakat Maroko dikenal sebagai masyarakat yang familiar dan
bersahabat. Hal ini nampak jelas kita melihat sambutan hangat yang diterima
para pendatang asing di negara ini, terutama yang datang dari negara-negara
Islam. Boleh jadi, suasana kekeluargaan yang diperhatikan masyarakat Maroko
tersebut, merupakan pengaruh dari nilai-nilai yang telah ada sejak lama di
kalangan penduduk Maroko.
Masyarakat
Maroko sangat kuat memegang teguh adat istiadat dan nilai-nilai pergaulan serta
kehidupan yang ditanamkan nenek moyang mereka. Sehingga, walaupun perngaruh
globalisasi telah mengimbas berbagai aspek kehidupan, hal-hal yang berbau
tradisi dan adat tetap terjaga. Misalnya berkorban pada hari raya Idul Adha,
keluar rumah dengan pakaian tradisional yang indah pada malam ke-27 Bulan
Ramadan, puasa pada hari Maulid Nabi dan Isra Mi’raj, menyiram air pada asyura’
dan tadarusan al-quran sehabis shalat subuh dan maghrib di mesjid-mesjid di
Maroko.