1. Latar belakang Aliran
rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme
berasal dari bahasa inggris Reconstruct yang
berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran
rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama
dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Pada
dasarnya aliran rekonstruksionisme sepaham dengan aliran perenialisme bahwa ada
kebutuhan anam mendesak untuk kejelasan dan kepastian bagi kebudayaan zaman
modern sekarang (hendak menyatakan krisis kebudayaan modern), yang sekarang
mengalami ketakutan, kebimbangan dan kebingungan. Tetapi aliran
rekonstruksionisme tidak sependapat dengan cara dan jalan pemencahan yang
ditempuh filsafat perenialisme. Aliran perenialisem memilih jalan kembali ke
alam kebudayaan abad pertengahan. Sementara itu aliran rekonstruksionisme
berusaha membina suatu konsensus yang paling luas dan paling mungkin tentang
tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia.
Untuk
mencapai tujuan tersebut, rekonstruksionisme berusaha mencari kepepakatan semua
orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidup manusia dalam
suatu tatanan baru seluruh lingkungannya, maka melalui lembagai dan proses
pendidikan. Rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan lama dan membangun
tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru.
Rekonstruksionisme
merupakan kelanjutan dari gerakan progresivme, gerakan ini lahir didasari atas
suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan
masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini.
Rekonstrusionisme
di pelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930 yang ingin
membangun masyarakat baru, masyrakat yang pantas dan adil.tokoh- tokoh aliran
rekonstruksionisme yaitu Caroline pratt, George count, dan Harold rugg.
Progresifisme
yang dilandasi pemikiran Dewey dikembangkan oleh Kilpatrick dan Jhon Child,
juga mendorong pendidikan agar lebih sadar terhadap tanggung jawab sosial.
Namun mereka tidak sepakat dengan Count dan rugg bahwa sekolah harus melakukan
perbaikan masyarakat yang spesifik. Kaum progresif lebih suka menekankan tujuan
umum pertumbuhan masyarakat melalui pendidikan . aliran ini berpendapat bahwa
sekolah harus mendominasi atau mengarahkan perubahan (rekonstruksi) pada
tatanan sosial saat ini.
Usaha
rekonstruksionisme sosial yang diupayakan Brammeld didasarkan atas suatu asumsi
bahwa kita telah beralih dari masyarakat agraris pedesaan kemasyarakat urban
yang berteknologi tinggi namun masih terdapat suatu kelambatan budaya yang
serius yaitu dalam kemampuan manusia menyesuaikan diri terhadap masyarakat
teknologi. Hal tersebut sesuai dengan pandangan Count bahwa apa yang diperlukan
pada masyarakat yang memiliki perkembangan teknologi yang cepat adalah
rekonstruksi masyarakat dan pembentukan serta perubahan tata dunia baru.
2. Pandangan
rekonstruksionisme dan penerapannya di bidang pendidikan
Aliran
rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamat dunia merupakan tugas
semua umat manusia atau bangsa. Oleh karena itu pembinaan kembali daya
intelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melalui
pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar demi generasi sekarang
dan generasi yang akan datang sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan
umat manusia.
Aliran
ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang
diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang dikuasasi
oleh golongan tertentu. sila-sila demokrasi yang sungguh bukan hanya teori
tetapi mesti menjadi kenyataan sehingga dapat diwujudkan suatu dunia dengan
potensi-potensi teknologi, mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan
dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit,
keturuanan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.
George
counts sebagai pelopor rekonstruksionisme dalam publikasinya Dare the school
build a new sosial order mengemukakan bahwa sekolah akan betul-
betul berperan apabila sekolah menjadi pusat bangunan masyarakat baru
secara keseluruhan, dan kesukuan (rasialisme). masyarakat yang menderita
kesulitan ekonomi dan masalah-masalah sosial yang besar merupakan tantangan
bagi pendidikan untuk menjalankan perannya sebagai agen pembaharu dan
rekonstruksi sosial dari pada pendidikan hanya mempertahankan status qua dengan
ketidaksamaan-ketidaksamaan dan masalah-masalah yang terpendam di dalamnya.
Sekolah
harus bersatu dengan kekuatan buruh progresif, wanita, para petani, dan
kelompok minoritas untuk mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan. Counts
mengkritik pendidikan progresif telah gagal menghasilkan teori kesejahteraan
sosial dan mengatakan sekolah dengan pendekatan child centered tidak cocok
untuk menentukan pengetahuan dan skill sesuai dalam abad dua puluh.
3. Teori
Pendidikan Rekonstruksionisme
A.
Tujuan Pendidikan
1. Sekolah-sekolah
rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan
sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat.
2. Tugas sekolah-sekolah
rekonstruksionis adalah mengembangkan ”insinyur-insinyur” sosial, warga-warga
negara yang mempunyai tujuan mengubah secara radikal wajah masyarakat masa
kini.
3. Tujuan pendidikan
rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang
masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala
global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan
untuk mengatasi masalah tersebut.
B.
Metode pendidikan
Analisis
kritis terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan kebutuhan-kebutuhan
programatik untuk perbaikan. Dengan demikian menggunakan metode pemecahan
masalah, analisis kebutuhan, dan penyusunan program aksi perbaikan masyarakat.
C.
Kurikulum
Kurikulum
berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan
masyarakat masa depan.
Kurikulum
banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat
manusi, yang termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta didik
sendiri; dan program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah untuk aksi
kolektif.
Struktur
organisasi kurikulum terbentuk dari cabang-cabang ilmu sosial dan proses-proses
penyelidikan ilmiah sebagai metode pemecahan masalah.
D.
Pelajar
Siswa
adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia pembangun masyarakat
masa depan, dan perlu berlatih keras untuk menjadi insinyur-insinyur sosial
yang diperlukan untuk membangun masyarakat masa depan.
E.
Pengajar
Guru
harus membuat para peserta didik menyadari masalah-masalah yang dihadapi umat
manusia, mambatu mereka merasa mengenali masalah-masalah tersebut sehingga
mereka merasa terikat untuk memecahkannya.
Guru
harus terampil dalam membantu peserta didik menghadapi kontroversi dan
perubahan. Guru harus menumbuhkan berpikir berbeda-beda sebaga suatu cara untuk
menciptakan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang menjanjikan
keberhasilannya.
Menurut
Brameld (kneller,1971) teori pendidikan rekonstruksionisme ada 5 yaitu:
1. Pendidikan harus di
laksanakan di sini dan sekarang dalam rangka menciptakan tata sosial baru
yang akan mengisi nilai-nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan yang
mendasari kekuatan-kekuatan ekonomi, dan sosial masyarakat modern.
2. Masyarakat baru harus berada
dalam kehidupan demokrasi sejati dimana sumber dan lembaga utama dalam
masyarakat dikontrol oleh warganya sendiri.
3. Anak, sekolah, dan pendidikan
itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan sosial.
4. Guru harus menyakini
terhadap validitas dan urgensi dirinnya dengan cara bijaksana dengan cara
memperhatikan prosedur yang demokratis
5. Cara dan tujuan pendidikan
harus diubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk menemukan
kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini, dan untuk
menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial yang mendorong kita untuk menemukan
nilali-nilai dimana manusia percaya atau tidak bahwa nilai-nilai itu bersifat
universal.
6. meninjau kembali
penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai, struktur
administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih.