Waktu
perang Boer dimulai, Kaisar Jerman sedang mengunjungi Inggris kunjungan yang
pertama sesudah telegram Kruger yang nampaknya ada gejala-gejala untuk saling
mendekati di antara kedua Negara tersebut. Bangsa Boer menghadapi lawannya
berdasar kekuatan sendiri. Mereka mengepung tentara Inggris di Mafeking,
Kimberley dan Ladysmith di Natal. Pengepungan itu masing-masing dipimpin oleh
Jenderal Cronje, Wessels dan Joubert.
Jenderal
Methuen mencoba merebut kembali Kimberley dan panglima besar Lord Redvers
Buller sendiri mencoba membebaskan Jenderal White di Ladysmith. Akan tetapi
mereka ini semua dikalahkan oleh bangsa Boer di Sungai Modder, Magersfontein
dan Colenso. Untuk kedua kalinya bangsa Boer mendapatkan kemenangan.
Kemudian
kabinet Inggris mengirimkan Lord Roberts sebagai panglima besar angkatan perang
di Afrika Selatan, Lord Roberts adalah jenderal yang terkenal. Selama Januari
1900, Lord Roberts bersama 50.000 tentaranya mencapai Kimberley dan berhasil
merebut kembali kota tersebut. Orang-orang Boer mengundurkan diri ke utara dan
membentuk kekuatan lagi dibawah pimpinan Jenderal Cronje. Roberts mengirimkan
kavalerinya dan memotong hubungan Cronje dengan Bloemfontein. Akhirnya Cronje
dan seluruh tentaranya menyerah kepada Inggris pada Februari di Paardeberg.
Di
Natal kaun Afrikander juga mendapat kesukaran-kesukaran. Di sini Inggris
mengharapkan kemenangan-kemenangan dan kemudian melakukan serangan langsung ke
Transvaal. Seseorang pemimpin baru di kalangan Boer muncul. Jenderal joubert
diganti oleh Jenderal Botha, tetapi ia tidak dapat mencapai kemajuan yang
memuaskan. Sesudah mengalami kesulitan-kesulitan, ia mendapat kesempatan untuk
maju dengan tanda rintangan dan pada bulan Mei berhasil mencapai Johannesburg,
sebulan kemudian Pretoria, ibu kota Transvaal diduduki. Sesudah melakukan
pertempuran sengit melawan Jenderal Botha di sekitar Diamond hill. Kemudian
Mafeking menyusul direbut pada bulan Mei. Jenderal Prinsioo dari Orange Free
State menyerah kalah di sebelah timur laut Bloemfontein. Tentara Inggris
menguasai seluruh jalan kereta api yang menghubungkan Pretoria dan Lautan
Hindia.
Sesudah
menguasai Pretoria, Lord Roberts mengumumkan aneksasi inggris terhadap
Transvaal dan Orange Free State. Kemudian ia menganggap bahwa perang telah
selesai. Tugasnya sekarang ialah mengamankan Afrika Selatan dan
mengaturndaerah-daerah yang diduduki. Akan tetapi sesungguhnya perang itu belum
selesai. Orang Boer meneruskan berperang dengan menggunakan
taktik gerliya, yang ternyata mereka sangat cakap melakukannya. Dengan
cara bergerliya ini bangsa Boer dapat bertahan selama dua tahun. Presiden Steyn
dari Orange Free State tetap tinggal di Afrika Selatan membantu rakyatnya dalam
melakukan perjuangan melawan Inggris. Pada Maret 1902 Jenderal Meuthen dengan
tidak disangka-sangka diserang oleh tentara Dela Ray, 180 mill dari Pretoria
dan dipaksa menyerah bersama seluruh tentaranya.
Pada
tahun itu juga (1902) jenderal-kenderal Boer menyetujui perundingan perdamaian
di Pretoria yang kemudian menghasilkan perjanjian Vereenigig. Ketentuan
perjanjian itu ialah:
1. Republic-republik
Transvaal dan Orange Free State dianeksasikan pada British Empire
2. Orang-orang
Boer menjadi warga Inggris. Mereka diberi janji akan mendapat uang guna
membangun kembali perkampungan mereka
3. Pemerintahan
sendiri akan diberikan secepat-cepatnya
Kemudian
pada 1909 berdasarkan act of Union, daerah-daerah yang dikuasai Inggris di
Afrika Selatan yaitu Cape Colony, Natal, Orange Free State dan Transvaal, di
beri pemerintahan sendiri dan semua daerah tergabungkan dalam Uni Afrika
Selatan.